ORV – 047


Ep 10 – Perang Tahta (5)


Teaser:

Ying 🌟 on Twitter: "One day I will recreate this meme to include 1863,  like half of the industrial complex, and all those things sys named Kim  Dokja and then I will

Setelah turun dari bioskop, Aku pun segera menuju ke Stasiun Myeongdong bersama dengan Lee Hyunsung dan Yoo Sangah. Stasiun Dongmyo juga penting, tapi ada sesuatu yang harus dilakukan lebih dulu.

Faksiku telah membunuh Delegasi Myeongdong dan merebut benderanya, jadi aku harus secepat mungkin menempati stasiun yang kini kosong itu.

Lee Hyunsung yang khawatir pun berkata,

“Apa tidak apa-apa hanya kita saja yang berangkat?”

“Kita nggak bakal bertarung melawan mereka kok. Aku akan memutuskan apa yang perlu mereka lakukan. Kalau kubiarkan saja, sebentar lagi mereka pasti bakal mati.”

Para ‘gelandangan’ yang kehilangan faksi, mereka akan menjadi santapan faksi lain kalau mereka tidak beruntung. Seperti nasib para anggota aliansi Tuan Tanah yang keluar dari Stasiun Chungmuro pagi tadi.

Akan tetapi begitu kami tiba di Stasiun Myeongdong, pemandangan yang tak terduga menyambut kami. Orang-orang di Stasiun Myeongdong ternyata sudah dibabat habis. Dengan sadis pula.

Aku melihat sekelompok pria berdiri di dekat Stasiun Myeongdong. Mereka lalu tampak terkejut dan segera kabur ke arah Stasiun Hoehyeong. Kami tidak bisa megnejar mereka begitu saja, sebaba mereka mengendarai sepeda motor.

Seakan-akan mereka tahu kalau aku akan datang kemari. Ternyata tidak hanya satu-dua keanehan saja yang terjadi hari ini.

Lee Hyunsung pun bertanya, “Siapa mereka? Apa yang terjadi di sini?”

“Entahlah.”

“Bahkan Dokja-ssi juga tidak tahu…”

Lee Hyunsung pun menelan ludahnya dengan gugup. Untungnya tiang bendera Stasiun Myeongdong masih kosong.

[Saat ini tidak faksi yang menguasai Stasiun Myeongdong.]

[Apakah kamu ingin mengambil alih stasiun ini?]

Aku pun memasang benderaku ke tiang itu, lalu menariknya kembali. Tak lama, sebuah bendera yang serupa dengan milikku muncul di tiangnya.

[Kamu telah menempati Stasiun Myeongdong.]

[Stasiun yang telah ditempati tidak bisa diambil darimu kecuali bila markas utamamu atau benderamu berhasil direbut.]

[Markas Saat Ini: Chungmuro (Markas Utama), Myeongdong.]

[Point penghargaan dari bendera merah semakin meningkat.]

Warna merah benderaku kini menjadi lebih gelap.

[Pengaruh kekuasaanmu telah semakin meluas berkat mengambil alih stasiun baru.]

[Skenario tersembunyi telah muncul!]

[Jalan Para Raja telah dimulai!]

+++

[Skenario Tersembunyi – Jalan Para Raja]

Kategori: Tersembunyi

Tingkat Kesulitan: A

Syarat Ketuntasan: Mengambil alih sedikitnya 10 stasiun dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Batas Waktu: 10 hari

Hadiah: Atribut seorang Raja

Sanksi: Bila kamu tidak bisa mengambil alih sedikitnya 1 stasiun dalam sehari, kamu beserta seluruh anggota faksimu akan mati.

+++

Akhirnya aku pun mendapatkan skenario tersembunyi yang biadab ini. Begitu aku memulai quest ini, maka tidak ada lagi jalan kembali. Karena hanya ada dua takdir untuk menjadi seorang raja.

Yakni jadilah raja atau mati.

[Sang kandidat raja baru mulai menapaki jalannya!]

Mulai sekarang, kita perang bendera habis-habisan.

*  * *

Aku pun kembali ke Chungmuro, mengumpulkan anggota party-ku dan menjelaskan tentang skenario tersembunyinya. Jung Heewon tampak sangat tertarik sedangkan Lee Hyunsung tampak kebingungan. Yoo Sangah tampak cemas-cemas seperti biasa.

“Kok sepertinya skenarionya sulit… apa Dokja-ssi akan baik-baik saja?”

“Ya, tenang saja.”

Malaikat kah? Orang bodoh kah? Saat ini mereka malah merasa khawatir ketimbang iri tidak menerima skenario tersembunyi ini.

Lee Hyunsung lalu berkata, “Aku senang Dokja-ssi jadi kandidat rajanya.”

“Oh, terima kasih.”

“Kalau gitu apa aku harus manggil kamu Baginda Raja?”

Jung Heewon menggetak kepalaku setelah aku merasa tersentuh oleh keseriusan isi hati Lee Hyunsung.

“Idih, ogah”

“Baginda Raja, berdasarkan skenario tersembunyi kali ini, bukankah seharusnya kita segera mengambil alih stasiun lain? Baginda harus memikirkan nyawa pengikut Baginda.”

Aku pun mengangguk.

“Menurutku kita harus mencari tahu tentang orang-orang yang menyerang kita tadi. Aku akan segera ke Dongmyo. Jung Heewon-ssi, Lee Hyunsung-ssi, kalian mau ikut aku?”

Yoo Sangah lalu mengangkat tangannya setelah mendengarkanku.

“Terus aku…”

“Yoo Sangah-ssi yang berjaga di sini.”

“Ah, begitu… tapi memang, lebih baik…”

Suara Yoo Sangah terdengar murung. Sepertinya Yoo Sangah berpikir kalau dia tidak berguna.

Kekuatan serangannya memang tidak sekuat Jung Heewon, dan fisiknya juga tidak sekuat Lee Hyunsung. Belum lagi, dia juga tidak punya skill andalan yang kuat seperti Gilyoung.

“Yoo Sangah-ssi.”

“…Ya?”

Semua kemampuan yang selama ini dia miliki jadi tidak berguna di dunia baru ini. Tetapi dia terlalu baik hati untuk bisa iri dengan orang lain. Karena itu, rasa rendah diri pun menggerogotinya.

“Yoo Sangah-ssi, nggak semua orang bisa melakukan hal yang sama dengan baik.”

“Ya, aku tahu.”, Jawabnya sambil tersenyum simpul.

Aku pun berbicara dengan hati-hati supaya dia tidak merasa sedang dinasihati. “Apa kamu ingat ucapan kita waktu di subway? Dokja cukup hidup sebagai Dokja *(pembaca), dan–“

“Aku akan hidup sebagai Sangah *(peduli & baik hati). Ya, aku masih ingat. Aku bahkan menulisnya di notepad ponselku.”

Kenapa dia langsung jadi semangat gitu? Ya, tapi aku juga tidak membenci kata-kata itu. Aku pun melanjutkan ucapanku.

“Yoo Sangah-ssi dibutuhkan di sini. Aku kan nggak mungkin membiarkan Gilyoung yang masih pingsan sendirian. Aku butuh orang yang bisa mengawasi Gong Pildu sekaligus yang bisa mengendalikan anggota faksi kita yang masih pada cemas.”

Mata Yoo Sangah pun teguncang.

“Belum lagi kita harus waspada sama orang-orang dari Hoehyeo. Siapa tahu mereka bakal menyerang tempat ini begitu kita pergi. Dan memang sih ada Gong Pildu, tapi kekuatan Benang Pengikat Yoo Sangah juga pasti bakal dibutuhkan.”

“A-Apa aku bisa melakukan semua itu dengan baik..?”

Ujar Yoo Sangah dengan pelan tanpa rasa percaya diri.

“Semuanya, kayaknya aku perlu ngasih Yoo Sangah-ssi jabatan deh. Gimana menurut kalian?”

Lee Hyunsung dan Jung Heewon berpikir sesaat sebelum akhirnya mengangguk.

“Boleh, aku percaya sama Yoo Sangah-ssi.

“Rajaku… bila ini perintah baginda, hamba tidak berdaya menolaknya…”

Aku memelototi Jung Heewon. Dia pikir lucu apa, bicara begitu di situasi serius kayak gini?

[Kamu menggunakan kekuasaan khusus seorang delegasi.]

[Delegasi Stasiun Chungmuro, ‘Kim Dokja’ telah memberikan sebagian kekuasaannya kepada salah seorang anggota faksi, ‘Yoo Sangah’.]

[Anggota faksi, ‘Yoo Sangah’ telah menjadi wakil ketua delegasi Stasiun Chungmuro.]

[Ke depannya, anggota faksi, ‘Yoo Sangah, dapat memberikan hukuman atas nama ketua delegasi.]

Yoo Sangah lalu menatapku dengan tercengang, mulutnya membuka dan menutup tanpa suara. Dia kelihatan ketakutan.

“A-Aku dikasih kuasa kayak gini…”

“Kuserahkan padamu ya, Yoo Sangah-ssi.”

Aku benar-benar serius. Sekali lagi, menurutku tidak semua orang bisa tetap lancar saat melakukan hal yang sama. Dan berdasarkan apa yang aku tahu, Yoo Sangah sangat ahli dalam melakukan ini. Yoo Sangah adalah karyawan terbaik di HRD, bukan orang lain.

“Oh….. Aku bakal berusaha yang terbaik.”

Yoo Sangah pun membungkuk hormat sebelum perlahan mengangkat kembali kepalanya. Matanya tampak berkaca-kaca.

*  * *

Kita pun lalu berjalan menuju ke terowongan sebelah timur.

Kita masih harus melewati 3 pemberhentian sebelum bisa tiba di Dongmyo. Dan lagi kita berjalan sambil membawa-bawa Kang Ilhun yang pingsan. Sejujurnya, menggotong orang yang satu ini memang rasanya seperti beban berat sekali, tapi apa boleh buat, aku butuh dia untuk mengidentifikasi wajah yang kucari. Saat aku menoleh kembali ke arah Chungmuro, aku bisa mendengar suara Yoo Sangah.

“Perhatian semuanya, harap berkumpul!”

Seperti harapanku, Yoo Sangah bekerja lebih baik di balik layar. Orang-orang yang sudah berkumpul pun dengan segera mendapatkan perintah masing-masing. Pasukan penjaga dibentuk, dan orang-orang diberikan tugas dalam area-area tertentu lainnya. Beberapa anggota aliansi tuan tanah kelihatannya tidak mau mendengarkan Yoo Sangah, tetapi…

[Wakil ketua Chungmuro, Yoo Sangah telah menggunakan hukuman.]

Sayup-sayup aku bisa mendengar suara seseorang mengeluh kesakitan.

….Apa pilihanku ini benar? Yah, pasti gak akan terjadi apa-apa.

Jung Heewon menatapku dan berkata, “Kerja bagus. Aku ngerasa kalau akhir-akhir ini Yoo Sangah mulai agak depresi.”

“Aku milih Yoo Sangah bukan gara-gara mikirin kondisi hati dia. Tapi karena menurutku dia pasti bisa mengerjakannya dengan sangat baik.”

“…Ah, benarkah? Kalau gitu tolong setelah ini kasih juga buat aku ya. Tugas yang cocok banget buat aku.”

“Gimana kalau kamu jadi algojoku?”

“….Udahlah, lupain aja.”

Jung Heewon merengut dan membuang muka. Aku merasa senang bisa membalas ejekan-ejekan dia.

“Terus si preman yang di atap sana, apa nggak pa-pa kita ninggalin dia?”

“Oh, maksudmu Yoo Jonghyuk?”

“Ya, kalau gak salah itu namanya ya.”

“Tenang, dia paling juga gak bakal kenapa-napa.”

“Kamu kayaknya kenal banget ya sama dia. Ada apa sih sebenernya?”

“Itu sih…”, Aku pun berpikir sesaat sebelum akhirnya bertanya, “Heewon-ssi punya adik nggak?”

“….? Iya, kenapa?”

“Laki atau perempuan?”

“Laki.”

“Umurnya berapa?”

“Cuma di bawahku setahun.”

“Gimana menurutmu rasanya punya adik laki?”

“Menyebalkan. Udah gak mau nurut, aku juga harus nganter dia terus ke sekolah gantiin mamaku…”

Jung Heewon pun lalu terdiam setelah mengeluh tentang adiknya. Matanya memandang ke udara kosong. Aku pun lalu bertanya kembali.

“Tapi sekarang kamu jadi khawatir sama dia kan?”

“Yalah… kita kan keluarga.”

“Aku juga sama.”

“Dokja-ssi juga punya adik laki?”

“Bukan, maksudku si Yoo Jonghyuk.”

“Ah…” Jung Heewon lalu menatapku sambil mengangguk-ngangguk. “Jadi, kamu suka dia atau benci sama dia?”

“Aku benci dia. Aku jadi berantem sama banyak orang gara-gara dia.”

Aku bukan satu-satunya pembaca Panduan Survival saat di awal terbitnya. Ada cukup banyak orang yang mengikuti sampai chapter 10. Bahkan masih ada 12 orang pembaca saat sudah sampai chapter 50.

Pernah ada orang yang menyukai Kim Namwoon… dan aku pun beradu bacot dengan dia. Apa orang-orang yang jadi musuh berantemku dulu masih pada hidup ya. Apa mungkin orang-orang yang kuincar kali ini salah satunya adalah mereka?

“Kalian kelihatannya jadi tambah akrab ya.”

Lee Hyunsung menimpali pembicaraan kami, dan aku pun tiba-tiba jadi tersadar kalau aku berjalan terlalu dekat dengan Jung Heewon.

Jung Heewon pun tersenyum.

“Wah, kenapa nih om tentara. Jealous ya?”

“Hrmmm, bukan begitu sih…”

Benar juga, bukankah Lee Hyunsung bergabung dengan tentara langsung setelah lulus dari SMA khusus laki-laki? Aku jadi merasa kasihan pada Lee Hyunsung setelah mengingat setting karakternya..

“Kayaknya kita sudah sampai di Stasiun Taman Budaya Dongdaemun.”

Kami bisa melihat pintu masuk ke arah Taman Budaya Dongdaemun di kejauhan.

Kami pun dengan waspada berjalan sambil menyusuri tembok terowongan dan melihat-lihat ke sekitar. Berhati-hati siapa tahu ada pasukan faksi lain yang menunggu kami. Tapi tampaknya kekhawatiran kami sia-sia belaka. Jung Heewon pun bergumam.

“Aneh. Gak ada penjaga sama sekali.”

Tidak ada penjaga meskipun perang bendera sedang dimulai berarti kalau stasiun ini sudah diambil oleh faksi lain. Begitu kami mengecek kalau situasi di sekitar sudah aman, kami pun segera mendekati tiang benderanya.

[Stasiun ini telah dikuasai oleh ‘Stasiun Dongmyo’.]

[Apabila kamu ingin mengambil alih stasiun ini, rebutlah bendera Stasiun Dongmyo atau ambil alih tiang bendera mereka.]

Sudah kuduga.

Lalu tubuh Kang Ilhun mulai bergerak. Badannya gemetar hebat seperti kejang-kejang dan kondisinya tampak aneh. Aku pun membukakan benang yang membungkam mulutnya, dan Kang Ilhun pun berteriak.

“T-Tidak…!!

“…Kenapa tiba-tiba dia begini?”

“D-Dongdaemun… Stasiun Dongdaemun..!”

Air liurnya menetes-netes seraya dia berbicara dengan gagap. Aku pun merasakan sesuatu dan reflek tanganku pun menyentuh pundak Kang Ilhun.

Kemudian.

[Karakter Kang Ilhun telah menjadi pengelana.]

Itu berarti ikatan Kang Ilhun dengan Dongdaemun telah menghilang. Jung Heewon pun bertanya, “Apa yang terjadi?”

“Sepertinya Stasiun Dongdaemun sudah diambil alih.”

“…Huh?”

Tiba-tiba semuanya jadi masuk akal. Ya. Orang-orang yang menyebarkan informasi itu memang berencana melakukan ini.

“…Perangkap ganda.”

Mereka memancing Faksi Myeongdong dan Dongdaemun untuk mau menyerang Chungmuro, karena mereka tahu kalau kedua faksi ini pasti bakal mati di Chungmuro. Saat pasukan penyerang utamanya pergi, Myeongdong dan Dongdaemun yang ditinggalkan pun mereka ambil alih. Orang-orang tak dikenal yang sempat muncul waktu di Stasiun Myeongdong juga mungkin bagian dari mereka.

Tapi… kenapa mereka bisa yakin kalau kami bakal menang? Mereka tidak mungkin tahu tentang aku. Delegasi Stasiun Chungmuro di putaran ke 3 ini seharusnya kan…

…Ah, benar juga. Si bedebah itu ya. Apa itu yang mereka incar?

Aku jadi yakin. Para Utusan yang membuat rencana ini pastinya…

Tiba-tiba, Lee Hyunsung berseru.

“Ada yang datang.”

Sekelompok orang berjalan ke arah kami dari terowongan Dongdaemun. Kulihat, mereka tampaknya memiliki persenjataan yang bagus-bagus.

Item yang mereka miliki sepertinya rata-rata peringkat C atau lebih. Tidak mudah mempersenjatai banyak orang sekaligus seperti itu di masa-masa awal begini… benar-benar pertunjukan kekuatan yang luar biasa.

Pria yang ada di tengah kelompok itu pun membuka mulutnya lebih dulu kepada kami. Tubuhnya ramping dan dia memakai bermacam-macam item di lengan dan lehernya.

“Eh, Kang Ilhun-ssi? Wahh, kalian sampai bawa-bawa sampah itu ke sini.”

Kang Ilhun lalu kejang-kejang hingga akhirnya dia pun pingsan dan mulutnya berbusa. Aku jadi curiga, apa jangan-jangan dia penyebabnya?

[Skill Eksklusif, Daftar Karakter diaktifkan.]

Kemudian, pesan yang luar biasa pun terdengar.

[Informasi tentang orang ini tidak terbaca dalam ‘Daftar Karakter’.]

[Orang ini tidak terdaftar dalam ‘Daftar Karakter’.]

Coba lihat?

Pria itu pun memandangi kami. “Apa kita perlu memperkenalkan diri masing-masing? Atau..”

Mereka lalu bersamaan mengeluarkan senjata mereka.

Aku pun memutuskan untuk menjawabnya, “Kami dari Chungmuro.”

“Chungmuro?”

Tiba-tiba, percikan listrik muncul di udara.

[Seseorang menggunakan Atribut Penjelajah padamu.]

Skill Eksklusif Dinding ke-4 telah memblokir Atribut Penjelajah!]

Pria itu pun terlonjak kaget. Dia tampak ragu sesaat sebelum akhirnya memandangku dengan terpana.

“….Maaf, boleh saya tahu nama anda?”

Aku pun melirik sekali ke arah Jung Heewon dan Lee Hyunsung. Lalu aku menjawab pertanyaan pria itu sambil tersenyum. Kubuat suaraku jadi sedingin dan seberat mungkin.

“Aku Yoo Jonghyuk.”


#TL Note: ………hmmmmmmmm……..


Konstelasi sekalian _(:3 」∠)_ Berkenan mensponsori Azzu-san dengan koinmu? Atau mentraktir Azzu-san kopi ‘reminiscent’ atau ‘soul promises’? _(┐ε:)_ Silahkan salurkan via gopay, ovo, dana, link, atau transfer, ke laman SociaBuzzTribe Azzu~3 dengan klik di sini atau copas link berikut -> https://sociabuzz.com/azzu3/tribe

One thought on “ORV – 047

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started